https://mynex.co.id/nexnews/family-entertaintment/ruby-gillman-teenage-kraken-si-penjaga-lautan Industri film berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi. Bila dahulu penonton hanya bisa menikmati film melalui layar bioskop, saat ini penonton memiliki beragam cara untuk mengakses film, seperti melalui layanan streaming, televisi, atau sampai-sampai perangkat seluler. Transformasi ini tidak hanya berdampak pada cara film dikonsumsi, tetapi juga cara proses pembuatan film dan cara pemasaran film. Di era digital, teknologi berfungsi sebagai salah satu penggerak utama dalam pembaruan perfilman. Teknologi visual maju, animasi komputer, dan teknik pengambilan gambar terbaru mengizinkan pembuat film menciptakan dunia yang pada awalnya hanya muncul dalam fantasi. Lebih lanjut, teknologi virtual reality (VR) saat ini dimanfaatkan untuk memberikan sensasi menonton yang lebih imersif. Kecerdasan buatan (AI) juga telah digunakan dalam berbagai bagian produksi film, termasuk penulisan naskah hingga aspek audio, yang memudahkan mempercepat proses pembuatan film. Layanan daring menawarkan kesempatan bagi sineas independen untuk memamerkan produksi bagi penonton yang lebih meluas. Dengan modal produksi yang relatif rendah dan kemudahan distribusi, kaum sineas muda dapat berkompetisi di pasar global tanpa harus bergantung pada studio utama. Fenomena ini mengembangkan industri film dengan beraneka cerita dan perspektif baru, serta memungkinkan tema-tema yang sebelumnya kurang terwakili untuk mendapatkan apresiasi yang lebih. Namun, transformasi ini juga mendatangkan tantangan baru. Maraknya ketersediaan digital menyebabkan masalah seperti pembajakan menjadi lebih sulit dibendung. Selain itu, kompetisi yang lebih sengit di platform streaming membuat para pembuat film perlu selalu kreatif untuk menarik perhatian penonton. Penonton yang memiliki kemudahan akses ke beribu film di berbagai sarana memiliki ekspektasi yang bertambah tinggi terhadap kualitas konten yang mereka pandang